Tuesday, March 25, 2014

Malam Berakhir Gempa


Malam yang dingin, sesorang Kakek tua terkujur lemah di atas kursi roda. Tubuh  yang loyoh, kaki yang tak bisa lagi di manfaatkan, dan wajah yang rontok oleh kulit yang sudah tidak rapi lagi. Pandangan mata yang sudah tak bisa memandang, menyambut kedatanganku.
“ Kek Kenapa diuar sini? Khan dingin”
“Tidak apa apa cuk”
Dengan hati yang polos aku membawanya masuk ke rumah, rumah yang lebih nyaman dan  hangat.Jam demi Jam berlalu, Desis TV serayak menandakan malam semakin larut, aku bergegas membawa Kakek ke tempatnya melepas lelah, dengan penuh kekuatan dan keikhlasan aku membantu Kakek turun dari kursi rodanya. Namun semua itu belum menutup tugasku hari ini, aku harus pergi mengais rejeki di tempat yang berbeda.
“Kakek sudah tidur dan sekarang aku harus pergi ke rumah Pak Haris”
Dengan langkah pasti aku menuju ke tempatku mengais rejeki, di rumah Pak Haris, di rumah itulah aku harus berjaga dari orang yang tidak mau berusaha yang hanya mengandalkan pagar orang. Setelah beberapa langkah dan energy  yang mulai habis, aku akhirnya tiba, dengan sambutan hangat dari Teman Jagaku aku bergegas ganti giliran.
“Hy bro sekarang giliran gue yang jaga, loe istirahat ajah”
“Ok, Gue Juga Mulai ngantuk”
Malam meranjak pergi, pagi datang membersihkan sunyinya malam, seirinh dengan datangnya cahaya mentari menghangatkan tubuh yang masih dingin. Seorang Pria berbadan kokoh lengkap dengan jasnya, dengan wajah yang tak asing dia memberikan aku uang, dan ternyata dialah Pak Haris Pemilik rumah.
“hy ini upahmu..! “ Sapa Pak Haris sambil menyodorkan uang di tangan kanannya
“oh terimah Kasih Pak,” Ucapku
“Tapi jangan pulang dulu” lanjut pak Haris
“Oh ya ada apa memangnya pak” tanyaku heran
“Nanti Sore ada Mobil Membawa Lemari, Lemari  yang besar, dan gak mungking klo hanya Si Adul Yg membantuku membawa Lemari” Ucap Pak Haris
“Ok Siap Pak!”Jawabku tegas.
Hari Meranjak Sore, tidak ada satupun tanda-tanda kedatangan mobil yang dimaksud, begitupulah si Adul yang tidak kunjung datang, tidak seperti biasanya si Adul Selalu datang lebih cepat dari waktu jaganya. Hati yang bergemuruh lambat berubah menjadi cepat, Seiring dengan langkah kaki yang bergetar menuju ke kamar Pak Haris, untuk sekedar bertanya , ada apa dengan mobilnya? , walaupun sebenarnya seorang penjaga seperti aku di larang menyentuh pintu yg bentuknya elegan dengan gangan pintunya yang terbuat dari emas, tak satupun seorang penjaga yang pernah masuk ke kamar tersebut. Kayuh tangan sedikit demi sedikit menyentuh daun pintu, serayak menandakan akan ada masalah atau tidak.
“Duk….Duk….Duk” (suara pintu)
“Ass…..ala….mu…..alaikum pak” sapaku dengan hati yang masih penuh getaran
“……………..” tak ada Jawaban
“Assalamualaikum pak” sapaku lanjut dengan heran
“……………..”Masih tak ada jawaban
““Assalamualaikum pak…………..!” Teriaku.
Tak ada jawaban,Tanpa pikir panjang aku langsung pulang dan beraktivitas seperti biasanya, dan hari itu ternyata hari special. Ada Acara TV Kesukaan ku dan ada Sepupu datang dari desa. Kami seru seruan hingga larut malam,dan sepertinya mereka tidak menginap dan langsung pulang. Di jam 1 malam aku tidur.
Hari ini aku bangun agak kesiangan. Biasanya aku bangun pukul 04.30. Maklum, seharian kemarin aku membantu om Tanteku memecah dan mengangkut batu sampai menjelang malam. Aku bergegas pergi ke sungai di belakang rumahku. Om Tanteku sudah berada di sungai itu. Omku mengambil batu-batuan dan pasir di sungai, Tanteku membantu om memecah batu-batuan yang besar menjadi kerikil-kerikil kecil.
Entah apa, hari itu aku agak malas. Aku duduk termenung di pinggir kali sambil memandangi pecahan-pecahan batu yang aku kerjakan kemarin. Aku ambil palu, alat utama pemecah batu, namun aku enggan untuk memulai pekerjaan harianku.
Dari jauh kulihat sekelompok anak berseragam merah-putih sedang berjalan beriringan. Tampaknya mereka akan berangkat ke sekolah. Aku intip mereka dari balik semak-semak di pinggir kali. Mereka tampak gembira bercanda ria, berkejar-kejaran. Mereka semua berpakaian rapi, bersepatu, dan menenteng tas.
Melihat semua itu, tiba-tiba hatiku bergolak. Ada keinginan kuat untuk melanjutkan sekolah yang kemarin terputus di saat aku akan naik kelas 4. Aku terpaksa putus sekolah karena orang tuaku Meninggal, dan semua uangnya di pakai untuk kebutuhan Sepupu-Sepupuku yang jumlahnya tiga orang.
Diam-diam air mataku meleleh, aku menangis tersedu-sedu. Dalam hati aku berdoa, Ya Tuhan, aku ingin sekolah, kabulkanlah keinginaku ini Ya Tuhan.
Tiba-tiba ada seorang lelaki setengah baya menghampiriku dan bertanya kenapa aku menangis.
“Nak  Kamu kenapa?” Tanya orang tersebut
“Aku tidak bisa pergi berkerja karena tak ada kendaraan”Jelasku
“Mari saya antar pergi”
“Ok”
Akhirnya sampailah aku di tempat tujuan dan berkerja seperti biasanya,namun kejadian kemarin, terus terbayang di benaku. Aku mencoba lagi ke kamar Pak Haris.
“Duk….Duk….Duk” (suara pintu)
“Ass…..ala….mu…..alaikum pak” sapaku dengan hati yang masih penuh getaran
“……………..” tak ada Jawaban
“Assalamualaikum pak” sapaku lanjut dengan heran
“……………..”Masih tak ada jawaban
““Assalamualaikum pak…………..!” Teriaku.
Suasana hening penuh tanda Tanya akhirnya pudar ketika Ada terikan berkata Pulanglah, Dengan hati yang sudah tak bergemuruh cepat akhirnya aku meranjak pulang. Namun sebernya di hati masih ada yang menjanggal, perasaan yang tak biasanya, hati terus mengingat satu satunya anggota keluarga tersayang yaitu Nenekku.
“Sepertinya kecemasanku sudah hilang, tapi masalahnnya sekarang kok aku ingat kakek terus?”
Tanyaku dalam hati
“Sebaiknya aku mempercepat langkahku”
Lepas dari kota yang penuh Polusi akhir aku sampai ke tempat yang kurang polusi yang tiada lain adalah rumahku. Namun ada yang aneh orang bergerumuh di depan halaman, dan tak tau apa yang sebernya terjadi, tanda tenya besar di kepela yang sempat hilang kembali lagi.
“Wha ada apa tuh?”
Tiba-tiba hati terasa seperti di tusuk 1001 jarum panas yang berbakteri, kejadian yang membuatku jatuh pinsang,.
Tiba-tiba gempa!!! Ahhh tolong akhirnya aku mati The End

0 komentar:

Post a Comment